Lompat ke konten

Tiga Tahun Kerja Sama dalam Pembinaan Jasmani, Bela Negara, dan Cinta Tanah Air Terhadap Siswa, Kepala MAN IC Tapsel Dapat Penghargaan Batalyon C Brimob Polda Sumut

(Tapanuli Selatan, 24/3) Kepala Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Tapanuli Selatan, Abdul Hakim Siregar mengatakan pendidikan seharusnya memperhatikan pengembangan jasmani dan rohani. Banyak istilah lain untuk itu, seperti kecerdasan fisik (PQ), intelektual (IQ), emosi (EQ), dan spiritual (SQ). Belum lagi istilah lain dalam pendidikan, seperti karakter dan budi pekerti.

Masalahnya, jika pendidikan Spartian misalnya mengutamakan fisik, sedangkan Athena menjadikan warga negara yang baik, dan Mesir Kuno religiusitas. Kini, setiap ada istilah baru dalam tujuan pendidikan, tujuan pendidikan lama dihapus (terabaikan). Ini saya kira persoalan serius pendidikan Indonesia dari tingkat dasar hingga menengah. Karena kebanyakan pendidikan Indonesia mengutamakan aspek akademik dan intelektual atau sebaliknya agamis.

Memang masalah pendidikan sedemikian kompleks dan menyangkut jamak aspek, sehingga pemerintah berupaya membenahi pendidikan dengan delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Karena itu, sejak menjabat Kepala MAN IC Tapsel, Hakim mengupayakan keterpaduan pendidikan akademik (rohani) dan jasmani (fisik) terhadap peserta didik MAN IC Tapsel. Inilah yang dikomunikasikan dengan Batalyo-C SAT Brimob Polda Sumut, sejak tahun 2022, 2023, dan 2024 untuk melatih fisik, bela negara, dan cinta tanah air peserta didik MAN IC Tapsel.

Hakim yang juga wakil ketua DPW PGMI Sumatera Utara meyakinkan kekuatan ilmu dan jasmani (fisik) ada landasan Qur’ani-nya. Sebagaimana terdapat dalam kisah Thalut diangkat menjadi pemimpin karena dua kriteria: kuat ilmu dan fisik (basthatan fil ilmi wal jismi, QS. Al-Baqarah: 247). Meskipun dalam konteks ayat kebutuhan perang, Kedigdayaan ilmu diakui oleh siapapun, suku, etnis, budaya, agama, dan semua bangsa.

Sebagai penganut dan pengikut Tarekat Sunan Anbia, Hakim sebagaimana diajarkan gurunya, Prof KH. Yudian Wahyudi mendoakan siswanya agar mencapai ilmu lintas Harvard (contoh saja), rezki sekaliber konglomerat, dan kuasa menjadi presiden- setidaknya dapat (masuk kalangan) istana. Untuk pencapaian itulah, shalat hajat dan pembacaan ayat kursi menjadi kebiasaan (adat) bagi murid MAN IC Tapsel sebagai bekal calon pemimpin masa depan.

Selaku Komandan Batalyon C Brimob Polda Sumut, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Dr. Buala Zega, S.H., S.Th., M.H. yang memberikan sertifikat apresiasi kepada Abdul Hakim Siregar menyampaikan pesan dan nasihat. Sebagai leader, kekuatan pemimpin terletak pada manajemen. Karena itu, pertama, pemimpin harus membuat tujuan dan perencanaan. Kemudian, mengorganisasikan tugas-tugas. Selanjutnya, melaksanakan. Seterusnya, melakukan pengawasan dan pengendalian. Lalu, membuat evaluasi atau pengevaluasian.

Ibaratnya, kita berencana mendaki (menuju) gunung tinggi. Lalu, pemimpin membagi tugas masing-masing. Melakukan pekerjaan sebagaimana diinstruksikan. Pemimpin melakukan pengawasan dan pengendalian pendakian anggota. Sambil mengarahkan sesuai tujuan. Dan sesampai di puncak, melakukan evaluasi. Untuk masukan dan perbaikan masa depan.

Tentu saja banyak sisi lain yang perlu diperhatikan leader, misalnya, pemimpin memiliki kualitas majemuk (kombinatif), komunikasi dan wawasan yang luas menyangkut hubungan antarmanusia dan berbagai stakeholder yang dipimpin. Ini menyangkut manusia, intinya menguasai diri dan melawan diri dalam segala bentuk keinginan, hasrat, nafsu, tantangan, yakni memimpin diri sebelum memimpin orang lain. Ujar Komandan Brimob C, Dr. Buala Zega. Turut hadir juga dalam  dalam pertemuan itu, Dpp Pasi Ops AKP H. Martoga Siagian, S.Pd dan Selamet Purwanto, SH.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *